Rabu, 26 Januari 2011

KISAH KERJA KAPAL PART III


Dining Room Steward  By Kerja Kapal
Predikat pelaut hingga saat ini berkonotasi kurang baik. Ada anggapan pelaut itu identik akrab dengan wanita di setiap pelabuhannya, suka mabuk-mabukan, suka judi, pokoknya jelek hingga para orang tua akan merasa gerah bila anak gadisnya didekati mahluk satu ini. Hal itu tidak sepenuhnya benar. Masih ada diantara kami yang konsisten melakukan prinsip agama. Meninggalkan keluarga untuk sekian bulan adalah berat namun akan lebih berat pula bila kita ternyata larut kedalam kehidupan hura-hura.
 
Banyak diantara kami yang sudah senior dalam arti usia, namun karena kebutuhan yang mendesak serta ketidakpastian ekonomi di dalam negeri, mereka terus bertahan untuk bekerja hingga pensiun. Jauh di lubuk hati mereka ada keinginan untuk berhenti dan mencoba hidup di negeri sendiri, entah usaha apa. Namun banyak dari mereka terbentur dinding tebal untuk bisa hidup di kampung halaman. Buka usaha hanya sebatas coba-coba seringkali gagal dan akhirnya balik ke kapal. Kesalahan terbesar kami ketika mencoba hidup di darat adalah minimnya informasi peluang usaha dan kebiasaan lama di kapal yang membuat kami manja. Dalam membentuk usaha, jelas perlu kiat dan strategi yang terencana dan itu kekalahan kami ketika mencobanya. Kami bagai rusa masuk kampung meski kami punya modal namun tidak punya banyak informasi. Sekali masuk dunia kapal pesiar, kami seakan masuk kedalam sebuah lingkaran setan.
 
Berkaca pada senior kami, saya akhirnya memutuskan untuk segera mengakhiri kehidupan saya di dunia kapal pesiar. Berat memang. Jujur saja kerja di kapal pesiar itu enak sehingga bisa membuat kita terlena. Semua kebutuhan kami terjamin sebab perusahaan memanjakan kami. Gaji kami memang tidak besar namun kami menerima tips dari tamu yang jauh lebih besar dari gaji. Dari uang tips yang jumlahnya lumayan dibanding kerja di Jakarta akhirnya kami bisa menabung. Namun uang bukanlah segalanya sebab sebagian besar dari kami mengorbankan sesuatu yang jauh lebih bernilai; orang tua, isteri, anak, pacar, teman dekat, saudara, semuanya hanya sempat kami temui dalam waktu yang singkat. Harga yang cukup mahal yang mesti kami bayar ketika bekerja di kapal pesiar.          
 
Dengan berat hati dan harus siap dengan segala resiko yang saya hadapi bila keluar dari lingkungan itu, akhirnya saya bisa menutup lembaran hidup saya di kapal pesiar. Saya kembali ke kampus dan menyelesaikan kuliah di bidang yang jauh berbeda dengan dunia perhotelan. Kini semua tinggal kenangan. Besar keinginan saya untuk kembali namun bukan sebagai crew. Someday…..I hope so. The end.
 
By  Kerja Kapal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar